2009/12/26

ulumul hadist para tokoh hadist al hakim dan al-baihaqi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ada pepatah lama yang mengatakan tak kenal maka tak sayang, dari makna tersebut dapat diartikan bahwa kita harus mengenal seseorang atau para tokoh yang kita kenal, baik dari sisi fisik maupun non fisik, kalau kita menlihat dari aspek yaitu kita dapat mengenali parasnya, kulit dan tubuhnya, namun bagaimana tokoh yang terdahulu lahir dan wafat dari kita maka dapat menilai para tokoh dengan melihat aspek non fisik seperti sumbangsi beliau dalam perkembang jaman, dengan karya-karya beliau serta keilmuan dalam kemaslatan umat. pada kesemPatan kami akan membahasa 2 tokoh yang bernama al-hakim dan al-baihaqi, para beliau sungguh sangat besar sumbangsi beliau dalam perkembangan jaman tentunya di bidang hadist serta bidang-bidang lain.

B. Rumusan Masalah
bagaimana biografi al-hakim dan al-baihaqi ?
latar belakang al-hakim dan al-baihaqi ?
apa saja karya-karya bidang hadist al-hakim dan al-baihaqi ?

C. Tujuan
untuk mengetahui dan memahami biografi al-hakim dan al-baihaqi
untuk mengetahui sumbangsi al-hakim dan al-baihaqi di bidang hadist
untuk mengetahui karya-karya al-hakim dan al-baihaqi








BAB II
PEMBAHASAN
1. Al-Hakim
A. Biografi
Al-Hakim, yang berasal dari Nisyapur, memiliki sejumlah besar guru di Khurasan, Irak, Transoxiana dan di tempat lain. Dia telah puluhan mahasiswa terkenal, termasuk Imam al-Baihaqi yang merupakan raksasa ilmiah atas haknya sendiri.
Al-Hakim memperoleh reputasi besar untuk menulis Al-Mustadrak 'alaa al-Sahihain. Dia mulai menulis Al-Mustadrak 'pada tahun ketika dia adalah 72 tahun. Al-Hakim dikutip telah mengatakan: "Aku minum air dari Zamzam dan meminta Allah untuk keunggulan dalam menulis buku". Nama imam al-hakim adalah Abu Abdillah Al-hakim Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Na’im bin Al-hakam Adh-dhabbi Ath-Athahmani An-Nasaiburi Al-Hafidz yang terkenal dengan sebutan Ibnu Bayyi’.
Dia lahir pada hari, tanggal 3 bulan Rabiul Awal tahun321 HIjriyah.
Abu Abdillah Al-hakim menuntut ilmu di mulai semenjak masih kecil melalui berkat bimbingan dan arahan ayah serta paman dari ibunya. Adapun pertama kali dia mendengarkan hadits tahun330 Hijriyah ketika baru berumur tuju tahun. Dia mendapatkan hadits secara imla’ dari Abu Hatim Ibnu Hibban pada tahun334 Hijriyah.

Setelah itu, Abu Abdillah Al-hakim melakukan perjalannya mencari ilmu dari Naisaburi ke Irak pada tahun 341 Hijriyah, selang beberapa bulan setelah Isamail As-Syaffar meninggal dunia. Kemudian dia melakukan ibadah haji dan selanjutnya meneruskan perjalannya mencari ilmu kenegeri Khurasan, daerah ma wara’an an-nahri dan lainnya. Adapun para guru Abu Abdillah Al-hakim di naisaburi sendiri jumlahnya mencapai 1000 syaikh. Sedangkan guru-guru yang diperoleh selain dari naisaburi pun kurang lebih 1000 syaikh.

Sebagaimana yang dikatakan Al-Khalil bin Abdillah di depan bahwasannya Abu Abdillah Al-hakim pernah dua kali melakukan perjalannya mencari ilmu ke Irak dan Hijaz. Perjalanan mencari ilmu yang kedua ini dilaksanakan pda tahun 338 Hijriyah.
Adz-Dzahabi berkata, “Abu Abdillah Al-hakim mendapakan sanad hadits yang ‘ali di Khurasan, Irak dan daerah ma wara’an an-nahri. Dia melakukan perjalanannya mencari ilmu ke Irak sewaktu berusia dua puluh tahun tidak lama setelah meninggalnya Ash-Shaffar.

B. Sanjungan Para Ulama
Abu Ath-Thahrir As-Salafi berkata,” aku telah mendengar Ismail bin Abdul Jabar Al-Qadhi di daerah Qazwain berkata,” aku telah mendengar Al-Khalil bin Abdullah Al-Hafizh ketika menyebut nama Abu Abdillah Al-hakim dengan penuh hormat, dia berkata,” Abu Abdillah Al-hakim telah dua kkali mengujungi Irak dan Hijaz. Kunjungan keduanya ter jadi pada tahun 338 Hijriyah, dimana dia berdiskusi dengan Imam Ad-Daruquthni sampai ia ridha atas Abu Abdillah Al-hakim. Abu Abdillah Al-hakim adalah seorang yang Tsiqah, mempunyai ilmu luas dan karya mencapai kurang lebih lima ratus juz.
Abu Hazim Umar bin Ahmad bin Ibrahim Al-Abdawi Al-Hafidz berkata, “ sesungguhnya Abu Abdillah Al-hakim pernah diangakat menjadi hakim didaerah Nasa’ pada tahun 359 Hijriyah ketika daulah As-Samaniyah berkuasa dengan perdana menterinya yang bernama Abu Ja’far Al-Atabi.

Pada waktu itu, Al-Khalil bin Ahmad As-Sijzi Al-Qadhi menemui Al-Atabi dan berkata,” Allah telah menganugrahkan kepadamu dengan syaikh (Abu Abdillah Al-hakim). Dia telah mnyiapkan diri ke Nsa’ dengan membawa 300.000 hadits Rasulullah S.A.W. “mendengar berita ang dibaca Al-Khalil As-Sijzi ini, wajah Al-Atabi lalu Nampak berseri-seri karena gembira. Kemudian jabatan Abu Abdillah Al-hakim sebagai hakim hendak dipindahkan tugaskan keJUrjan, akan tetapi diamenolaknya.

Aku telah mendengar para syaikh kami berkata,”Abu Bakar Ibnu Ishaq dan Al-walid An-Naisaburi sering bertandang menemui Abu Abdillah Al-hakim untuk menanyakan tentang Jarh wa At-Ta’dil, Illat hadits dan menemukan hadits-hadits yang shahih dari yang tidak shahih.
Pada waktu itu ia tinggal bersama Abu Abdillah Al-Ashami kurang lebih tiga tahun lamanya. Tak satu pun syaikh yang kau ketahui lebih bertaqwa dan cepat bereaksi daripada Abu Abdillah Al-Ashami . Apabila ia menemui dalam hadits, maka dia menyuruhku untuk menanyakan kepada Abu Abdillah Al-hakim dan menulis jawabannya. Jika apa yang aku tulis dari Imam Al-Hakim terdapat jawabannya, maka Abu Abdillah Al-AShami akan memberikan hukum keputusan hadits tersebut dengan jawaban Al-Hakim. Dia telah memilih para gurunya selama 50 tahun.”

Abdul Ghafir Al-Farisi berkata,” Abu Abdillah Al-hakim hanya berteman dengan imam pada masanya, yaitu Abu Bakar Ahmad bin Ishaq Ash-Shibghi. Dia selalu bertanya kepada Ibnu Ishaq Ash-Shighi tentang Jarh Wa Ta’dil dan illat hadits. Abu Bakar Ahmad Ibnu Ishaq As-Sibghi juga berwasiat kepada Al-hakim mnengenai permasalahan madrasahnya Dar As-Sunah, sampai Abu Bakar mempercayakn urusan madrasahnya kepada Abu Abdillah Al-hakim.
Aku juga sering mendengar para guru kami menceritakan hari-harinya dimasa lalu dengan berkata, “sesungguhnya para imam terkemuka dan terdepan dimasanya semisal Imam Sahl Ash-Shu’luki, Imam Ibnu Furak dan beberapa imam lainnya menghormati Abu Abdillah Al-hakim melebihi dari merka sendiri. Mereka mengutamakan dan mendahulukan kepentingan Abu Abdillah Al-hakim karena kelebihan dan kemampuan menghafal makrifat ynag dimilikinya.”

Ketika Abu Abdillah Al-hakim menghadiri suatu pengajian, par syaikh dan peserta yang hadir akan memuliakannya. Mereka setia mendengarkan apa yang disampaikan Abu Abdillah Al-hakim karena hormat dan fasihnya pembicaraanya .”
Al-Abdawi berkata, “ aku telah mendengar Abu Abdurrahman As-Sulami berkata, “pada waktu itu aku akan menulis hadits di juz kitab bagian luar dari hadits Imam Abi Al-Husain Al-Hajjaji Al-Hafizh; ketika aku mengambil pena untuk menulisnya, tiba-tiba Al-Hafizh membantingku dan berkata, “apa-apaan ini! Aku(Al-Hafizh) telah menghafalnya dan Abu Abdillah Al-hakim lebih hafizh dariku. Sedangkan aku tidak menjumpai seorangpun yang hafizh selain Abu Ali An-Naisaburi dan Abu Abbas Ibnu Uqdah.”kemudian aku(As-Sulami) bertanya kepada Ad-Daruquthni,” siapakah yang lebih hafizh di antara Ibnu Mandah dan Abu Abdillah Al-hakim? Ad-Daruquthni menjawab,” Abu Abdillah Al-hakim lebih mutqin (mantap)hafalannya”.
Ad-Dzahabi,” Abu Abdillah Al-hakim adalah seorang imam yang hafizh, kritukus perawi hadits yang dalm ilmunya serta syaihknya para ulama ahli hadits.”

Adz-Dzahabi berkata lebih lanjut, “barang siap mernungkan karya-karya Imam Abu Abdillah Al-hakim, pembahsannya ketika meberikan imla’ dan analisa pandanganya menganai jalur-jalur periwayatan hadits, maka ia kan mengakui kecerdasan dan kelebihan yang dimiliki Imam Abu Abdillah Al-hakim.Sesungguhnya Imam Al-Hakim mengikuti jejak para pendahulunya dimana para ulama setelahnya akan kerepotan mengikuti jerih payah sebagaimana yang di lakukan Abu Abdillah Al-hakim. Dia hidup dengan terpuji dan tidak ada seorang pun setelahnya menyamainya.”
Tajudin As-Subki mengatakan bahwasannya Abu Abdillah Al-hakim adalah seorang imam yang mulia, hafizh yang banyak hafalannya dimana ulama telah mengakui kemampuannya yang telah dia miliki. Banyak ahli hadits berdatangan untuk menemuinya dari berbagai Negara karena keluasan ilmunya dan banyaknya hadits yang diriwayatkannya.
Para ulama sepakat bahwasanya Abu Abdillah Al-hakim termasuk ulama yang paling pandai yang telah Allah utus guna memelihara agama-Nya ini.

Abu Hazim berkata, “orang pertama kali yang popular mengusai dan menghafal hadits berikut I’llat-I’llatnya di naisaburi setelah Imam Muslim bin Al-Hajjaj Adalah Ibrahim bin Abi Thalib yang semasa denagn imam An-Nasa’I dan Ja’far Al-Faryabi.
Periode berikutnya adalah Abu Hamid Asy-Syarqi yang semasa dengan Abu Bakar bin Ziyaaaad An-Naisaburi dan Abu Al-Abbas bin Said.
Kemudian Abu Ali Hafizh yang semasa dengan Abu Ahmad Al-Assal dan Ibrahim bin Hamzah. Setelah itu adalh Asy-Syaikhani, Abu Al-Husain Al-Hajjaj dan Abu Ahmad Al-hakim yang semasa dengan Ibnu Adi, Ibnu Al-Mudzhaffar dan Ad-Daruqthuni.

Sedangkan, Abu Abdillah Al-hakim dimasanya adlah seorang diri yang tidak ada ulama lain selain dirinya, baik di Hijaz, Irak, Jabal, Rai Thabaristan, Qaus, Khurasan, dan daerah mawara’an an-nahri.”
Inilah sebagian penuturan Abu Hazim yang disampaikan dalam biografi Imam Abu Abdillah Al-hakim. Di akhir kisahnya , Abu Hazim berkata,”semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang pandai bersyukur atas nikmatnya ini.”

C. Guru Dan Murid-Muridnya

Guru-guru Abu Abdillah Al-hakim sebagaimana disebutkan Adz-Dzahabi adalah: Ayahnya sendiri, Muhammad bin ali bin Umar Al-Mudzakkar, abu Al-Abbas al-asham, Abu Ja’far Muhammad bin Shalehbin Hani’, Muhammad bin Abdullah Ash-Shafar, Abu Abdillah Ibnu akhram, Abu Al-Abba Ibnu Mahbub, Abu Hamid Hasnawiyah, Al-Hasan bin Ya’kub Al-Bukhari.
Juga, Abu An-Nadhar bin Muhammad bin Muhammad bin Yusuf, Abu Al-Walid Hasan bin Muhammad, Abu Amr Ibnu As-Samak, Abu Bakar An-Najar, Abu Muhammad Ibnu Darastawiayah, Abu Sahal bin Ziyad, Abdurrahman bin Hamdan Al-Jallab, Ali bin Muhammad bin Uqbah Asy-Syaibani dan abu ali Al-Hafizh. Abu Abdillah Al-hakim senantisa mau belajar dari orang lain meskipun itu dari sahabatnya sendiri.
Sedangkan para murid Abu Abdillah Al-hakim adalah: Ad-Daruqthni, Abu Al-Fath bin Abu Fawaris, Abul Ala’ Al-Wasithi, Muhammad bin ahmad bin Ya’qub, Abu Dzar Al-Harawi, Abu Ya’la Al-Khalili, Abu Bakar Al-Baihaqi, Abu Al-Qasim Al-Qusairi, Abu Shaleh Al-Muadzin, Az-Zaki Abdul Hamid Al-buhari, Utsman Bin Muhammad Al-Mahmahi, Abu Bakar Ahmad bin Ali Bin Khalaf Asy-Syairazi dan masih banyak yang lainnya.
Abu Abdillah Al-hakim belajar ilmu qira’at dari Ibnul Imam, Muhammad bin Abu Manshur Ash-Sharam, Abu Abu Ali bin An-Naqqar Al-Kuffi dan Abu Isa Bakkar Al-Baghdadi. Dan, dia belajar tengtang madzhab dari Ibnu Abi Hurairah, Abu SahalAsh-Shu’luki dan Abu Al-Walid Hisan Bin Muhammad. Al-Hakim sering berdiskusi dengan Al-Ja’labi, Ad-Daruquthni dan yang lain.

Sesuatu yang membuatku paling kagum adalah setelah meliahat abahwa Abu Umar Adh-Dhalmanki telah menulis karya disiplin Ilmu Hadits dari Imam Abu Abdillah Al-hakim. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 339 Hijruyah dimana Abu Umar Adh-Dhalmanki menulis karya Ilmu Hadits tersebut dari seorang syaikh dari Abu Abdillah Al-hakim.

D. Karya-Karyanya.
Abu Hazim Umar bin Ahmad Al-Abduwi Al-Hafizh berkata, “aku telah mendengar Abu Abdillah Al-hakim, seorang imam ahli hadits pada masanya, berkata, “aku telah minum air zamzam dengan memohon kepada Allah agar aku diberi anugrah karya yang bagus”.
Abu Thahir berkata, “akau tleah bertanya kepada Sa’ad bin Ali Al-Hafizh tentang empat ulama yang hidupnya satu masa. Pertayaanku adalah, “dari keempatnya, siapakah yang paling hafizh?” lalu, Sa’ad bin Ali bertanya tentang sipakah empat ulama yang kaumaksudkan.

Setelah aku jelaskan bahwa mereka adalah Ad-Daruquthni, Abdul Ghani, Ibnu Mandah dan Al-Hakim, akhirnya Sa’ad bin Ali menjawab seputar mereka dengan, “Ad-Daruquthni adalah orang yang paling tahu tentang illat-illat hadits, Abdul Ghani Adalah orang yang paling mengerti tentang sejarah manusia, Ibnu Mandah adalah orang yang paling banyak memiliki hadits berikut makrifat yang sempurna, dan Al-Hakim adalah orang yang paling bagus dalam berkarya diantara mereka berempat.”

Adz-Dzahabi berkata, “Al-Hakim telah memulai menuangkan ilmunya dalam bentuk karya kitab pada tahun 337 Hijriyah. Jumlah karya Abu Abdillah Al-Hakim mencapai sekitar 1000(seribu) juz yang terdiri dari tahkrij Ash-Shahihain, Al-Illal, At-Tarajum, Al-Abwab dan Aku-Syuyukh.
Disamping itu, Abu Abdillah Al-Hakim juga menulis kitab
Al-Abwâb ( "The Bab")
Al-Amali ( "The Dictations")
Amali al-`Ashiyyât (" Malam Dictations ")
Fadâ'il al-Syafi'i ( "Kemuliaan yang mendalam al-Syafi'i")
Fawâ'id al-Nusakh ( "Keuntungan dari Salinan")
Fawâ'id al-Khurâsâniyyîn ( "Manfaat Rakyat Khurasan")
Iklîl fi al-Dala'il al-Nubuwwa ( "mahkota: The Marks of kenabian")
Al-`ilal (" The Cacat hadits ")
Ma bi Ikhrâjihi Kullu Tafarrada Wahidin min al-Imâmayn ( "Laporan Ditemukan Hanya dalam al-Bukhari atau Hanya di Muslim")
Al-Madkhal ila `Ilm al-Sahih (" Pengantar Ilmu Sound Laporan ")
Ma `rifat Anwâ` `Ulum al-Hadits (" Pengetahuan tentang Berbagai Jenis Ilmu Hadis ")
Al-Mustadrak `ala al-Sahîhayn (" Tambahan untuk Apa yang Hilang Dari Al-Bukhari dan Muslim ")
Muzakkâ al-Akhbar ( "Verified Laporan")
Al-Sahîhân ( "Dua Kitab Sahih Hadis")
Al-Talkhîs ( "The Summary")
Tarâjim al-Musnad Shart `ala al-Sahîhayn (" Laporan Musnad Ahmad Sesuai Kriteria Itu Dua Kitab Sahih ")
Tarâjim al-Shuyûkh ( "Biografi Shaykhs")
Tarikh `Ulama 'Ahlus Naysabûr (" Sejarah dari Naysabûr Cendekiawan ")

E. Wafat Al-Hakim
Abu Musa Al-Madani berkata, “Sesungguhnya Abu Abdillah Al-Hakim masuk kamar mandi untuk mandi, ketika keluar, tiba-tiba terdengar suara ‘ah’ pada waktu terdengar suara ‘ah’ itulah, ruh Abu Abdillah Al-Hakim meniggalkan badannya. Kemudian jasadnya dimakamkan setelah Ashar hari Rabu. Abu Bakar Al-Qadhi turut menyalati jenazah”.
Adz-Dzahabi berkata, “ Imam Abu Abdillah Al-Hakim meninggal bulan safar tahun 405 Hijriyah.”
Al-Hasan bin Asy’ats Al-Qursy berkata, “dalam tidur, aku melihat Imam Abu Abdillah Al-Hakim menunggang kuda dalam kondisi yang amat baik sekali sambil berkata, “selamat.” Lalu aku bertanya, “ wahai Al-Hakim, dalm hal apa?” Abu Abdillah Al-Hakim menjawab, “ dalam menulis hadits. “ As-Subki berkata, “menurutku yang demikian itu benar”.
2. Al-Baihaqi
A. Biografi
imam Al Baihaqi, yang bernama lengkap Imam Al-Hafith Al-Mutaqin Abu Bakr Ahmed ibn Al-Hussein ibn Ali ibn Musa Al Khusrujardi Al-Baihaqi, adalah seorang ulama besar dari Khurasan (desa kecil di pinggiran kota Baihaq) dan penulis banyak buku terkenal.
Imam Baihaqi hidup ketika kekacauan sedang marak di berbagai negeri Islam. Saat itu kaum muslim terpecah-belah berdasarkan politik, fikih, dan pemikiran. Antara kelompok yang satu dengan yang lain berusaha saling menyalahkan dan menjatuhkan, sehingga mempermudah musuh dari luar, yakni bangsa Romawi, untuk menceraiberaikan mereka. Dalam masa krisis ini, Imam Baihaqi hadir sebagai pribadi yang berkomitmen terhadap ajaran agama. Dia memberikan teladan bagaimana seharusnya menerjemahkan ajaran Islam dalam perilaku keseharian.


Setelah sekian lama menuntut ilmu kepada para ulama senior di berbagai negeri Islam, Imam Baihaqi kembali lagi ke tempat asalnya, kota Baihaq. Di sana, dia mulai menyebarkan berbagai ilmu yang telah didapatnya selama mengembara ke berbagai negeri Islam. Ia mulai banyak mengajar.
Selain mengajar, dia juga aktif menulis buku. Dia termasuk dalam deretan para penulis buku yang produktif. Diperkirakan, buku-buku tulisannya mencapai seribu jilid. Tema yang dikajinya sangat beragam, mulai dari akidah, hadits, fikih, hingga tarikh. Banyak ulama yang hadir lebih kemudian, yang mengapresiasi karya-karyanya itu. Hal itu lantaran pembahasannya yang demikian luas dan mendalam.
B. Sanjungan Para Ulama
As-Sabki menyatakan: “Imam Baihaqi merupakan satu di antara sekian banyak imam terkemuka dan memberi petunjuk bagi umat Muslim. Dialah pula yang sering kita sebut sebagai ‘Tali Allah’ dan memiliki pengetahuan luas mengenai ilmu agama, fikih serta penghapal hadits.”

Abdul-Ghaffar Al-Farsi Al-Naisabouri dalam bukunya “Thail Tareekh Naisabouri”: Abu Bakr Al-Baihaqi Al Hafith, Al Usuli Din, menghabiskan waktunya untuk mempelajari beragam ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya. Dia belajar ilmu aqidah dan bepergian ke Irak serta Hijaz (Arab Saudi) kemudian banyak menulis buku.

Imam Baihaqi juga mengumpulkan Hadits-hadits dari beragam sumber terpercaya. Pemimpin Islam memintanya pindah dari Nihiya ke Naisabor untuk tujuan mendengarkan penjelasannya langsung dan mengadakan bedah buku. Maka di tahun 441, para pemimpin Islam itu membentuk sebuah majelis guna mendengarkan penjelasan mengenai buku ‘Al Ma’rifa’. Banyak imam terkemuka turut hadir.
Sementara itu, dalam Wafiyatul A’yam, Ibnu Khalkan menulis, “Dia hidup zuhud, banyak beribadah, wara’, dan mencontoh para salafus shalih.”

Beliau terkenal sebagai seorang yang memiliki kecintaan besar terhadap hadits dan fikih. Dari situlah kemudian Imam Baihaqi populer sebagai pakar ilmu hadits dan fikih.
At-Taj As-Subki mengatakan, “Imam Al-Baihaqi adalah salah satu imam kaum muslimin, penunjuk kebenaran bagi kaum mukminin, dan da’I yang mengajak kepada tali Allah yang kukuh. Ia adalah seorang Al-Hafizh yang besar, ahli ushul yang cerdas, zuhud, wira’I, puas dengan Allah, dan membela mazhab baik dasar-dasar maupun cabang-cabangnya. Ia adalah gunung dari gunung-gunung ilmu.”

C. Guru Dan Murid
Guru-gurunya
Imam Adz-Dzahabi mengatakan, “Al-Baihaqi mendengarkan hadits dari Abu Al-Hasan Muhammad bin Al-Hasan Al-Alawi, Abu Abdillah al-Hakim, Abu Tharir bin Mahmasy, Abu Bakar bin Faurak, Abu Ali Ar-Raudzabari, Abdullah bin Yusuf bin Banawih, Abu Abdirrahman As-Silmi, sejumlah ulama di Khurasan, Hilal bin Muhammad Al-Haffar, Abu Al-Husain bin Busyrah, Ibnu Ya’qub Al-Iyadhi, sejumlah ulama Baghdad, Al-Hasan bin Farras di Makkah, Janah bin Nadzir, dan sejumlah ulama di Kufah.”
Murid-muridnya
Adz-Dzahabi mengatakan, “Murid-muridnya adalah Syaikh Al-Islam Abu Ismail Al-Anshari, Ismail bin Ahmad (anaknya), Abu Al-Hasan Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad (cucunya), Abu Zakariya Yahya bin Mandah Al-Hafizh, Abu Al-Ma’ali Muhammad bin Ismail Al-Farisi, Abdul Jabbar bin Muhammad Al-Khawari, Abdul Hamid bin Muhammad Al-Khawari, Abu Bakar Abdurrahman Al-Buhairi An-Naisaburi yang meninggal pada tahun 540 Hijriah, dan sejumlah murid-murid lain.”
D. Karya-Karya
Di antara karya-karya Baihaqi, Kitab as-Sunnan al-Kubra yang terbit di Hyderabat, India, 10 jilid tahun 1344-1355, menjadi karya paling terkenal. Buku ini pernah mendapat penghargaan tertinggi.
Dari pernyataan as-Subki, ahli fikih, usul fikih serta hadits, tidak ada yang lebih baik dari kitab ini, baik dalam penyesuaian susunannya maupun mutunya.
Dalam karya tersebut ada catatan-catatan yang selalu ditambahkan mengenai nilai-nilai atau hal lainnya, seperti hadits-hadits dan para ahli hadits. Selain itu, setiap jilid cetakan Hyderabat itu memuat indeks yang berharga mengenai tokoh-tokoh dari tiga generasi pertama ahli-ahli hadits yang dijumpai dengan disertai petunjuk periwayatannya.
Itulah di antara sumbangsih dan peninggalan berharga dari Imam Baihaqi. Dia mewariskan ilmu-ilmunya untuk ditanamkan di dada para muridnya. Di samping telah pula mengabadikannya ke dalam berbagai bentuk karya tulis yang hingga sekarang pun tidak usai-usai juga dikaji orang.
Beberapa karya Imam Baihaqi, antara lain:
 Ma`arifa al-Sunan wa al-Athar
 Bayan Khata Man Akhta`a `Ala al-Shafi`i
 Al-Mabsut
 Al-Asma’ wa al-Sifat
 Al-I`tiqad `ala Madhhab al-Salaf Ahl al-Sunna wa al-Jama`a
 Dala’il al-Nubuwwa
 Shu`ab al-Iman
 Al-Da`awat al-Kabir
 Al-Zuhd al-Kabir
 Al-Arb`un al-Sughra
 Al-Khilafiyyat
 Fada’il al-Awqat
 Manaqib al-Shafi`i
 Manaqib al-Imam Ahmad
 Tarikh Hukama al-Islam

E. Wafat Al-Baihaqi
Adz-Dzahabi mengatakan, “Setelah orang-orang mendengarkan pemaparan ilmunya yang terakhir, ia kemudian sakit dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 10 Jumadal Ula tahun 458 Hijriah. Ia dimandikan, dikafankan, dan dimasukkan ke dalam peti untuk dipindah ke Baihaq, suatu tempat yang jauhnya dari Naisabur dua hari perjalanan unta. Ia hidup selama 74 tahun.”
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
adapun kesimpulan yang dapat di makalah ini yaitu al-hakim dan al-baihaqi merupakan ulama hadist besar yang mengorbankan jiwa raganya untuk mempertahankan hadist dan mengembangkan hadist. al-hakim dan al-baihaqi juga menyumbangkan berbagai karya-karya untuk pertumbuhan hadist serta mempertahankan extensi hadist-hadist shahih
b. saran
saran untuk pembaca makalah ini yaitu kita harus mengenal para tokoh islam di bidang hadist karena merekalah kita dapat menemukan hadist-hadist shahih oleh sebab itu kita harus mengetahui biografi, latar belakang serta karya-karya beliau.





















DAFTAR PUSTAKA
www.id.wikipedia.org
www.idrusali85.wordpress.com
www.risru-hariandi.blogspot.com

2009/12/04

fungsi dan tujuan serta prinsip-prinsip penilaian evaluasi pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak ada satupun guru yang tidak ingin berhasil dalam proses mengajar, tentunya semua guru sangat mengharapkan sekali keberhasilan belajar mengajar itu, guru yang masa bodoh terhadap anak didiknya adalah cermin kurang tanggung jawabnya seorang guru menjabat sebagai profesinya, gurung yang tidak mau tahu dengan perkembangan pendidikan anak didiknya adalah tanda guru yang tidak peduli taerhadap tantangan zaman yang terus merongrong anak didiknya.
Walaupun ada terobosan baru metode belajar yang bagus, seperti yang di pelopori oleh bobby de porter dalam quantum learningnya, tetapi itu saja tidak cukup, metode yang bagus saja tidak cukup tanpa evaluasi, maka evaluasi sangat di butuhkan sekali dalam pendidikan.
karena evaluasi merupakan proses penilaian . Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya.
Dalam sebuah buku yang berjudul teknik evaluasi pendidikan karya M.chabib thoha, beliau mengatakan bahwa Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu, apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
evaluasi pendidikan memegang penting dalam peranan pendidikan karean evalusi adalah suatu proses penilaian, begitu pula dengan tujuan dan fungsi evalusi merupakan sebuah hal yang harus di capai agar dapat mengetahui indicator-indikator pada anak didik serta prinsip-prinsip penilaian anak didik harus secara komprehensif, kontinyu, objektif, validitas, rebilitas dan eduktif.
B. Rumusan Masalah
 bagaimana fungsi-fungsi dan tujuan pendidikan ?
 bagaimana prinsip evaluasi pendidikan dalam penilaian komprehensif ?
 bagaimana prinsip evaluasi pendidikan dalam penilaian kontinyu ?
 bagaimana prinsip evaluasi pendidikan dalam penilaian objektif ?
 bagaimana prinsip evaluasi pendidikan dalam penilaian validitas ?
 bagaimana prinsip evaluasi pendidikan dalam penilaian relibitas ?
C. Tujuan
 dapat mengetahui dan memahami tujuan evaluasi pendidikan .
 dapat mengetahui dan memahami fungsi-fungsi evaluasi pendidikan.
 dapat mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dalam melakukan penilaian

fungsi dan tujuan serta prinsip-prinsip penilaian dalam evaluasi pendidikan( part II )

BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Dan Tujuan Evaluasi Pendidikan
1. Fungsi Evaluasi Pendidikan
a) Fungsi prognostik yaitu meramalkan sesuatu dalam menghadapi langkah selanjutnya
b) Fungsi diagnostik yaitu evaluasi yang bertujuan yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa serta penyebabnya
c) Fungsi judgement yaitu evaluasi yang dilakukan untuk menetukan keberhasilan siswa atau tes penentuan akhir
d) Fungsi administratif untuk penyusunan daftr nilai dan pengisian buku raport
e) Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan
f) Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program pengajaran perbaikan (ramedial teaching)
g) Fungsi psikologis untuk mengatasi kekurangmampuan atau ketidakmampuan dalam menilai kemampuan atau kemajuan dirinya sendiri.
h) Sumber data BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan simbingan dan penyuluhan (BP)
i) Bahan pertimbangan pengembangan kurikulum,metode,dan alat-alat PBM.
j) Bahan pertimbangan bagi orang tua untuk mengenali hasil usaha dan tanggung jawabnya dalam mengembangkan potensi anaknya.

selain fungsi di atas ada pun beerdasarkan fungsi evaluasi untuk giri, murid, atau sekolah
1. Fungsi evaluasi bagi siswa
Bagi siswa, evaluasi digunakan untuk mengukur pencapaian keberhasilannya dalam mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dalam hal ini ada dua kemungkinan :
a. Hasil bagi siswa yang memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang emuaskan, tentunya kepuasan ini ingin diperolehnya kembali pada waktu yang akan datang. Untuk ini siswa akan termotifasi untuk belajar lebih giat agar perolehannya sama bahkan meningkat pada masa yang akan datang. Namun, dapat pula terjadi sebaliknya, setelah memperoleh hasil yang memuaskan siswa tidak rajin belajar sehingga pada waktu berikutnya hasilnya menurun.
b. Hasil bagi siswa yang tidak memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang tidak memuaskan, maka pada kesempatan yang akan datang dia akan berusaha memperbaikinya. Oleh karena itu, siswa akan giat belajar. Tetapi bagi siswa yang kurang motivasi atau lemah kemauannya akan menjadi putus asa
2. Fungsi evaluasi bagi guru
a. Dapat mengetahui siswa manakah yang menguasai pelajran dan siswa mana pula yang belum. Dalam hal ini hendaknya guru memberikan perhatian kepada siswa yang belum berhasil sehingga pada akhirnya siswa mencapai keberhasilan yang diharapkan.
b. Dapat mengetahui apakah tujuan dan materi pelajaran yang telah disampaikan itu dikuasai oleh siswa atau belum.
c. Dapat mengetahui ketepatan metode yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran tersebut.
d. Bila dari hasil evaluasi itu tidak berhasil, maka dapat dijadikan bahan remidial. Jadi, evaluasi dapat dijadikan umpan balik pengajaran.

3. Fungsi evaluasi bagi sekolah
a. Untuk mengukur ketepatan kurikulum atau silabus. Melalui evaluasi terhadap pengajaran yang dilakukan oleh guru, maka akan dapat diketahui apakah ketepatan kurikulum telah tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan atau belum. Dari hasil penilaian tersebut juga sekolah dapat menetapkan langkah-langkah untuk perencanaan program berikutnya yang lebih baik.
b. Untuk mengukur tingkat kemajuan sekolah. Sudah barang tentu jika hasil penilaian yang dilakukan menunjukkan tanda-tanda telah terlaksananya kurikulum sekolah dengan baik, maka berarti tingkat ketepatan dan kemajuan telah tercapai sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi sebaliknya jika tand-tanda itu menunjukkan tidak tercapainya sasaran yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketepatan dan kemajuan sekolah perlu ditingkatkan.
c. Mengukur keberhasilan guru dalam mengajar. Melalui evaluasi yang telh dilaksanakan dalam pengajaran merupakan bahan informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam melaksanakan pengajaran.
d. Untuk meningkatkan prestasi kerja. Keberhasilan dan kemajuan yang dicapai dalm pengajaran akan mendorong bagi sekolah atau guru untuk terus meningkatkan prestasi kerja yang telah dicapai dan berusaha memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang mungkin terjadi.

Dalam evaluasi semua komponen dalam pendidikan layak dan harus dijadikan sebagai objek dan subjek evaluasi pendidikan, yaitu :
§ Siswa, dapat menjadi subjek evaluasi bagi dirinya sendiri dan bagi guru serta sekolahnya dan dapat juga menjadi bagian dari objek evaluasi yang dilakukan oleh guru dan sekolahnya.

§ Guru, dapat menjadi subjek evaluasi bagi program dan cara-cara dia mengajar, keberhasilannya dan juga dpat menjadi objek evaluasi oleh siswa dan sekolahnya.

§ Sekolah, dapat menjadi subjek evaluasi bagi siswa dan guru-guru yang ada didalamnya serta dapat juga menjadi sasaran atau objek evaluasi dari siswa dan guru yang bernaung didalamnya.


2. Tujuan Evaluasi Pendidikan
segala sesuatu yang di lakukan pasti mempunyai tujuan yang akan di capai, pastinya semua aktifitas tidak ingin hasilnya sia-sia, begitupun dengan evaluasi, ada tujuan yang ingin di capai, adapun tujuan evaluasi pendidikan :
 Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
 Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa di dalam kelompok kelasnya.apakah siswa tersebut termasuk kategori lambat,sedang,atau cepat.
 Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan seorang siswa dalam belajar.apakah menunjukan tingkat usaha yang efisien atau tidak.
 Untuk mengetahui hingga sejauh mana seorang siswa telah mendayagunakan kafasitas kognitifnya.
 Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan oleh seorang guru dalam proses belajar-mengajar.
Dr.muchtar buchori Med. Mengemukakan bahwa tujuan khusus evaluasi pendidikan ada 2 yaitu :
 Untuk mengetahui kemajuan peserta didik setelah ia mengalami pendidikan selam jangka waktu tertentu

 Untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidik selam jangka waktu tertentu tadi.

B. Prinsip-Prinsip Dalam Penilaian
1. penilaian komprensif
penilaian komprehensif yaitu Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hapalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab dan sebagainya, sesuai dengan Alquran dalam
surat Al-zalzalah ayat 7-8 :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرّةٍ شَرّا يَرَهُ
“ Barangsiapa yang berbuat kebaikan sebesar bijidzarrah niscaya akan memperoleh balasan, danbarangsiapa yang berbuat keburukan sebesar bijidzarrah niscaya juga akan memperoleh balasan.”
Prinsip evaluasi ini dilakukan pada semua aspek-aspek kepribadian peserta didik, yaitu aspek intelegensi, pemahaman, sikap, kedisiplinan,tanggung jawab,
2. penilaian kontinyu
penilaian kontinyu adalah Prinsip kesinambungan (kontinuitas), evaluasi ini
tidak hanya dilakukan setahun sekali, atau persemester, tetapi dilakukan secara terus-menerus, mulai dari proses belajar mengajar sambil memperhatikan keadaan anak didiknya, hingga anak didik tersebut tamat dari lembaga sekolah. Dalam ajaran Islam sangat diperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil sesuai dengan surat al-Fushshilat ayat 30 :
إِنّ الّذِينَ قَالُوا رَبّنَا الُّ ثُمّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَئِكَةُ أَلّ تَخَافُوا وَلَ تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنّةِ الّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“ Sesungguhya orang-orang yang mengatakan Tuhan Kami adalah Allah kemudian mereka berpegang teguh dan tetap istiqomah maka Malaikat akan turun dan
mengatakan janganlah Kamu takut dan bimbang dan berilah kabar gembira dengan jannah (surga) yang telah dijanjikan buat kamu.”.
Prinsip evaluasi ini diperlukan atas pemikiran bahwa pemberian materi pendidikan pada peserta didik tidak sekaligus, melainkan bertahap dan
berproses seiring dengan kemampuan dan perkembangan psikofisik peserta didik. Oleh karena itu, proses evaluasi perlu mengikuti tahapan-tahapanm tersebut, walaupun masing-masing tahapan tidak dapat dipisahkan.
3. penilaian objektivitas
Prinsip objektivitasDalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya tidak boleh dipengaruhi oleh hal-halyang bersifat emosional dan irasional . Evaluasi ini dilakukan secara adil, bukan subjektif. Artinya pelaksanaan evaluasi berdasarkan
keadaan sesungguhnya dan tidak dicampuri oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Sikap ini secara tegas dikatakan oleh Rasulullah Saw dengan melarang seorang hakim yang sedang marah untuk memutuskan perkara, sebab hakim semacam ini pikirannya diliputi emosi yang mengakibatkan putusannya tidak objektif dan rasional.Prinsip ini juga ditegaskan oleh dalam surat al-Maidah ayat 8 bahwa seseorang itu harus berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu jangan karenakebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan :
يَاأَيّهَا الّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوّامِينَ لِِّ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَ يَجْرِمَنّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلّ
تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتّقْوَى وَاتّقُوا الَّ إِنّ الَّ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“ Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang-orang yang menegakkan keadilan dan menjadi saksi bagi keadilan dan janganlah karena kebencianmu kepada suatu kaum menyebabkan kamu tidak berlaku adil. Berlaku adillah karena adil itu akan mendekatkan kamu kepada ketaqwaan. Bertaqwalah kepada Allah , sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu perbuat.”
Contoh dari prinsip ini sebagaimana yang
ditegaskan Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya : “
Andaikata Fatimah binti Muhammad itu mencuri niscaya aku tidak segan-segan memotong kedua tangannya.” Demikian pula halnya Umar bin Khattab yang mencambuk anaknya karena ia berbuat zina.

4.Penilaian Validitas
Penilaian validitas meliputi seluruh bidang tertentu yang diingini dan diselidiki sehingga tidak hanya mencakup satu bidang saja. Soal-soal tes harus memberi gambaran keseluruhan (representatif) dari kesanggupan anak
mengenai bidang itu.
5. Penilaian Realiabitas
penilaian realibitas merupakan penilaian yang dapat dengan memberikan ketelitian dan keterangan tentang kesanggupan anak didik sesungguhnya, soal yang ditampilkan tidak membawa tafsiran yang bermacam-macam sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik.

6. Penilaian edukatif
penilaian edukatif merupakan penilaian yang bersifat edukasi yaitu penilaian dengan pendidikan


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya.

Evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok serta Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.

B. Saran

 & Gunakan evaluasi sefektif mungkin supaya efektif dan efesian

 & Carilah evaluasi yang menarik bagi anak didik supaya anak didik merasa nyaman dan tidak terbebani

 & Jadikan evaluasi sebagai alat kontrol untuk kemajuan pendidikan












DAFTAR PUSTAKA
H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Renika Cipta, Jakarta, 2007
Http://Ischaq.Blogspot.Com
Http://Sutisna.Com
Http://Dokumens.Multiply.Com

 

© 2013 Blog Pendidik Barsel. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top